Penulis: Ustadz Dzulqarnain M. Sunusi (Ketua Dewan Pengawas Syariah LAZ Peduli Dakwah)
Zakat Emas dan Perak
Untuk zakat emas dan perak ada beberapa pembahasan yang perlu dijelaskan.
Dalil-dalil kewajiban zakat emas dan perak
Kewajiban zakat pada emas dan perak diterangkan dalam firman Allah ﷺ
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّ كَثِيْرًا مِّنَ الْاَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُوْنَ اَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗوَالَّذِيْنَ يَكْنِزُوْنَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُوْنَهَا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۙفَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ اَلِيْمٍۙ ۞ يَّوْمَ يُحْمٰى عَلَيْهَا فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوٰى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوْبُهُمْ وَظُهُوْرُهُمْۗ هٰذَا مَا كَنَزْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ فَذُوْقُوْا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nashrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, juga orang-orang yang menyimpan emas dan perak, (tetapi) tidak menafkahkan (emas dan perak) tersebut pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa pedih. (Yakni), pada hari ketika (emas dan perak) itu dipanaskan dalam neraka jahannam, lalu dahi, lambung, dan punggung mereka dibakar dengannya. (Kemudian dikatakan) kepada mereka, ‘Inilah harta benda kalian yang kalian simpan untuk diri kalian sendiri maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa-apa yang kamu simpan itu.’.” [At-Taubah: 34-35]
- Selain itu Rasulullah ﷺ bersabda,
مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلاَ فِضَّةٍ لاَ يُؤَدِّى مِنْهَا حَقَّهَا إِلاَّ إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ صُفِّحَتْ لَهُ صَفَائِحَ مِنْ نَارٍ فَأُحْمِىَ عَلَيْهَا فِى نَارِ جَهَنَّمَ فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ وَجَبِينُهُ وَظَهْرُهُ كُلَّمَا بَرَدَتْ أُعِيدَتْ لَهُ فِى يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيُرَى سَبِيلُهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ
“Tidak seorang pun dari pemilik emas dan tidak (pula) pemilik perak yang tidak mengeluarkan hak (zakat)nya kecuali pada hari kiamat akan dihamparkan untuknya lembaran-lembaran dari neraka, kemudian dia dipanaskan di atasnya, maka terpangganglah lambung, dahi dan punggungnya. Setiap kali api itu mendingin, akan dikembalikan (panas) baginya pada satu hari yang kadarnya seperti 50 ribu tahun hingga diputuskan ketetapan antara manusia, kemudian diperlihatkan jalannya; apakah menuju ke sorga atau menuju ke neraka ….”
- Dan Beliau menyatakan pula,
مَنْ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهُ ، مُثِّلَ لَهُ مَالُهُ شُجَاعًا أَقْرَعَ ، لَهُ زَبِيبَتَانِ يُطَوَّقُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، يَأْخُذُ بِلِهْزِمَتَيْهِ -يَعْنِى بِشِدْقَيْهِ- يَقُولُ أَنَا مَالُكَ أَنَا كَنْزُكَ ». ثُمَّ تَلاَ هَذِهِ الآيَةَ وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ بِمَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ هُوَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ إِلَى آخِرِ الآيَةِ
“Siapa yang Allah berikan kepadanya harta, lalu dia tidak mengeluarkan zakatnya, hartanya akan diperwujudkan baginya seekor ular jantan botak[1] yang mempunyai dua zabîbah[2] mengelilinginya pada hari kiamat. Ular tersebut mengambil kedua (tulang) dengan ujung kedua mulutnya, seraya berkata, ‘Saya adalah hartamu, saya adalah apa yang simpan.’ Kemudian beliau membaca ayat, ‘Sekali-kali janganlah orang-orang, yang bakhil terhadap harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya, menyangka …,’ [Âli ‘Imrân: 180] hingga akhir ayat.”
Dalam hadits lain disebutkan,
يَكُونُ كَنْزُ أَحَدِكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ ، يَفِرُّ مِنْهُ صَاحِبُهُ فَيَطْلُبُهُ وَيَقُولُ أَنَا كَنْزُكَ . قَالَ وَاللَّهِ لَنْ يَزَالَ يَطْلُبُهُ حَتَّى يَبْسُطَ يَدَهُ فَيُلْقِمَهَا فَاهُ
“Harta pendaman salah seorang dari kalian pada hari kiamat adalah ular jantan yang botak. Pemilik harta itu akan lari darinya, sementara ular tersebut terus mengikutinya seraya berkata, ‘Saya adalah harta simpananmu.’ (Nabi `)) berkata, ‘Demi Allah, ular tersebut terus mengikutinya hingga orang tersebut menghamparkan tangannya, kemudian ular itu menelannya ke dalam mulutnya.’.”
- Juga beliau mengingatkan,
وَلاَ صَاحِبِ كَنْزٍ لاَ يَفْعَلُ فِيهِ حَقَّهُ إِلاَّ جَاءَ كَنْزُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ يَتْبَعُهُ فَاتِحًا فَاهُ فَإِذَا أَتَاهُ فَرَّ مِنْهُ فَيُنَادِيهِ خُذْ كَنْزَكَ الَّذِى خَبَأْتَهُ فَأَنَا عَنْهُ غَنِىٌّ فَإِذَا رَأَى أَنْ لاَ بُدَّ مِنْهُ سَلَكَ يَدَهُ فِى فِيهِ فَيَقْضَمُهَا قَضْمَ الْفَحْلِ
“… Dan tidak pula seorang pemilik harta terpendam yang tidak mengeluarkan haknya kecuali hartanya akan datang pada hari kiamat berupa ular jantan botak yang terus mengikutinya dengan membuka mulutnya. Apabila ular tersebut mendekatinya, dia lari darinya. Ular itu memanggilnya, ‘Ambillah harta yang engkau pendam, sesungguhnya saya tidak memerlukannya.” Saat orang tersebut melihat bahwa dia harus melakukannya, dia pun memasukkan tangannya ke mulut (ular), lalu ular tersebut memakannya.”
Para ulama bersepakat tentang kewajiban mengeluarkan zakat pada emas dan perak, kecuali Hasan Al-Bashry.
Nishab Zakat Emas dan Perak
Ketentuan nishab dan kadar kewajiban zakat emas diterangkan dalam hadits ‘Ali bin Abi Thalib, Rasulullah bersabda,
فَإِذَا كَانَتْ لَكَ مِائَتَا دِرْهَمٍ وَحَالَ عَلَيْهَا الْحَوْلُ فَفِيهَا خَمْسَةُ دَرَاهِمَ وَلَيْسَ عَلَيْكَ شَىْءٌ – يَعْنِى فِى الذَّهَبِ – حَتَّى يَكُونَ لَكَ عِشْرُونَ دِينَارًا فَإِذَا كَانَ لَكَ عِشْرُونَ دِينَارًا وَحَالَ عَلَيْهَا الْحَوْلُ فَفِيهَا نِصْفُ دِينَارٍ فَمَا زَادَ فَبِحِسَابِ ذَلِكَ
“Apabila engkau memiliki 200 dirham dan telah berjalan padanya satu haul, padanya (kewajiban zakat) sejumlah 5 dirham. Tidak kewajiban (zakat) terhadapmu –yakni pada emas- hingga engkau memiliki 20 dinar. Apabila engkau telah memiliki 20 dinar dan telah berjalan padanya satu haul, padanya (kewajiban zakat) setengah dinar. Apa lebih dari itu adalah sesuai dengan kadar (kelebihannya).”
Juga Nabi bersabda,
أَنَّ النَّبِىَّ ` كَانَ يَأْخُذُ مِنْ كُلِّ عِشْرِينَ دِينَارًا فَصَاعِدًا نِصْفَ دِينَارٍ وَمِنَ الأَرْبَعِينَ دِينَارًا دِينَارًا
“Sesungguhnya Nabi ` mengambil setengah dinar dari setiap 20 dinar ke atas, dan (mengambil) satu dinar dari 40 dinar.”
Adapun ketentuan nishab dan kadar kewajiban zakat perak diterangkan dalam hadits Anas bin Malik yang berlalu,
وَفِى الرِّقَةِ رُبْعُ الْعُشْرِ ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ إِلاَّ تِسْعِينَ وَمِائَةً فَلَيْسَ فِيهَا شَىْءٌ ، إِلاَّ أَنْ يَشَاءَ رَبُّهَا
“… Pada perak (kewajiban zakat) sepeempat dari sepersepuluh (2.5 %). Apabila tidak dia miliki kecuali 190 (dirham), tidak ada (kewajiban zakat) apapun padanya kecuali kalau pemiliknya berkehendak.”
Juga telah berlalu hadits,
لَيْسَ فِيمَا دُونَ خَمْسَةِ أَوْسُقٍ صَدَقَةٌ وَلاَ فِيمَا دُونَ خَمْسِ ذَوْدٍ صَدَقَةٌ وَلاَ فِيمَا دُونَ خَمْسِ أَوَاقٍ صَدَقَةٌ
“Tiada (kewajiban) zakat pada (kepemilikan hasil bumi) yang kurang dari lima wasaq, tiada pula (kewajiban) zakat pada (kepemilikan) kurang dari lima ekor unta, juga tiada (kewajiban) zakat pada (kepemilikan perak) yang kurang dari lima uqiyah.”
Satu uqiyah senilai dengan 40 dirham. Jadi, 5 uqiyah setara dengan 200 dirham.
Dari keterangan di atas, bisa disimpulkan bahwa nishab untuk zakat emas adalah 20 dinar, dan nishab untuk perak adalah 200 dirham.
Adapun kadar kewajiban zakat yang dikeluarkan dari emas dan perak adalah 2.5 % atau 1/40.
BACA JUGA: Piutang Apakah Wajib Zakat
Ukuran nishab emas dan perak dengan timbagan masa kini
Untuk kadar dinar dan dirham untuk timbangan masa kini, banyak ditulis oleh ulama belakangan pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan nilai dinar dan dirham tersebut, dan ada beberapa pendapat dalam hal ini. Yang paling masyhur dari pembahasan-pembahasan tersebut bahwa 1 dinar = 4.25 gram, dan 1 dirham = 2.975 gram.
Dengan demikian ukuran nishab zakat emas adalah 20 dinar x 4.25 gram = 85 gram. Sedang ukuran nishab zakat perak adalah 200 dirham x 2.975 gram = 595 gram. Wallahu A’lam.
Tentang zakat Al-Huliy (perhiasan emas dan perak melingkar) yang hanya dipakai pribadi.
Kebanyakan ulama berpendapat bahwa tidak zakat pada emas dan perak yang hanya dijadikan sebagai perhiasan. Mereka berdalilkan dengan beberapa hadits yang menunjukkan tidak zakat pada Al-Huliy, tetapi hadits-hadits tersebut terdapat kelemahan padanya. Juga mereka berdalil bahwa lima orang shahabat berpendapat bahwa tidak zakat pada Al-Huliy, tetapi telah sah dari seorang dari shahabat tersebut mereka berpendapat adanya kewajiban zakat pada Al-Huliy dan juga ada beberapa shahabat lain yang juga berpendapat adanya kewajiban zakat.
Karena itu, pendapat yang lebih kuat adalah pendapat adanya kewajiban zakat pada Al-Huliy berdasarkan keumuman dalil-dalil yang menunjukkan kewajiban zakat pada emas dan perak, tentunya dalil-dalil tersebut juga mencakup Al-Huliy. Pendapat ini disebutkan dari Umar, Ibnu Umar, Ibnu ‘Abbâs, Abdullah bin ‘Amr, Abu Musa, dan ‘Aisyah. Juga merupakan pendapat orang-orang Hanafiyah dan pendapat baru dari Imam Asy-Syafi’iy. Pendapat ini pula yang dikuatkan oleh Syaikh Ibnu Bâz, Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, Syaikh Muhammad Amin Asy-Syinqithy, Syaikh Al-Albâny, Syaikh Ahmad An-Najmy, Al-Lajnah Ad-Dâ`imah, dan selainnya. Wallâhu A’lam.
[1] Ular yang botak menunjukkan bisa yang sangat dahsyat padanya.
[2] Zabîbah adalah dua titik hitam yang berada di atas kedua mata ular. Ada juga yang mengatakan bahwa zabîbah adalah busa yang berada di ujung mulut saat marah atau banyak berbicara.